IJL.Com- Ambil peran sebagai "Tol Trans Jawa" FIFA Farmel U-13 membuat Abdul Rasyid ketagihan. Tak mau kenal istilah tipis nyali.
FIFA Farmel bermain tanpa celah saat membungkam All Star Galapuri pada lanjutan laga pekan ke-10 Indonesia Junior League U-13, Sabtu (5/12). Tak pelak, poin sempurna berhasil didulang tim besutan Muchamad Romli tersebut lewat keunggulan meyakinkan dengan skor empat gol tanpa balas.
Centrocampista Farmel, Abdul Rasyid kembali menjadi buah bibir. Bersama Satrio Mega Insan, gelandang bernomor punggung delapan itu terus menunjukkan kelasnya sebagai pemain dengan tingkat konsistensi tinggi.
Peran Abdul tak ubahnya seperti "Tol Trans Jawa" yang memudahkan akses mobilitas armada Farmel. Distribusi serangan di atas lapangan menjadi lebih cepat dan minim beban berat berkat kesigapannya membendung rantai ancaman tim lawan.
Soal gaya bertahan? Reading the game Abdul bisa dibilang yang terbaik di kelasnya. Sukar dikelabui, ujung kaki sampai kepala, sama-sama punya nilai guna. Tidak heran, skema counter-attack All Star Galapuri kerap mentok terbendung oleh fans berat Andres Iniesta itu.
"Dulu posisi awal saya di stopper, kemudian di IJL ini dipindahkan sama coach Romli menjadi gelandang bertahan. Sempat kaget sih, sempat kagok juga soal adaptasi," ujar Abdul.
"Tapi sekarang jadi jauh lebih happy, meski risikonya sebagai gelandang bertahan memang lebih besar," sambung Abdul.
Abdul memang menyadari, lakonnya sebagai gelandang bertahan dijejali banyak risiko. Masih segar dalam ingatan saat dengkulnya serasa mau copot diterjang pemain lawan.
"Saya sempat harus istirahat selama satu bulan. Ini ada di masalah di sini (seraya menunjuk dengkul), masih ada bekasnya ini," ungkap Abdul.
"Tapi saya juga tak mau kenal trauma. Ya hadapi saja. Kalau masih trauma, ga bakal bisa maju," sambung Abdul.
Pil pahit yang pernah diterima Abdul bukan tanpa hikmah. Menurutnya pasca kejadian tersebut, ia makin tahu pentingnya arti kedewasaan dalam bermain.
"Jadi gelandang bertahan itu yang paling penting selalu tenang ambil keputusan dan cepat berpikir. Semuanya menurut saya bisa dilakukan kalau kondisi prima," ujar Abdul.
"Makanya sebisa mungkin sebelum berangkat ke pertandingan saya di rumah harus pemanasan dinamis. Supaya jaga tubuh lebih panas saja," tambah Abdul seraya tersenyum lepas.
Ya dewasa dalam berpikir juga bermain. Pantas saja ban kapten Farmel tersemat gagah di lengan bocah kelahiran 26 Januari 2007 ini.
Abdul menegaskan jabatan kapten jauh dari kesan gaya-gayaan atau sekadar pajangan pelengkap semata. Suatu kehormatan bisa jadi orang pertama yang menginjak lapangan begitu peluit kick-off dibunyikan.
"Bagi saya menjadi seorang kapten itu tak semestinya jadi beban, justru termotivasi harus menjadi contoh di dalam dan luar lapangan. Saat latihan harus datang tepat waktu misalnya," tegas Abdul.
"Pas pertandingan pun juga begitu, harus selalu siap menebarkan sikap respect ke pemain lawan dan juga wasit," sambung Abdul lagi.
Sikap respect itu pula yang membuat Abdul meminta rekan-rekan setimnya tidak mudah cepat puas pasca kemenangan atas All Star Galapuri. Seperti diketahui, di tabel klasemen Grup C Sensation, Farmel masih ada di bawah Indonesia Rising Star.
IRS saat ini masih berdiri kokoh di puncak klasemen Grup C Sensation dengan torehan 16 poin setelah mencatatkan lima kemenangan beruntun. Farmel membuntuti di bawahnya dengan selisih dua angka saja.
"Kami masih menunggu untuk bertemu dengan IRS. Target saya dan teman-teman memang ingin mengunci peringkat pertama Grup C Sensation sebagai modal ke fase knock-out 16. Semoga bisa secepatnya bertemu IRS," pungkas Abdul.