IJL.Com- Ketua SMPIT Taruma FA, Erick mengatakan sepak terjang Pascal Triandra dan kawan-kawan di kompetisi Indonesia Junior League U-13 sudah sesuai trek. Enggan berjalan di tempat, pelan-pelan berpikir lebarkan sayap.
Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Taruma Football Academy membuktikan kapasitasnya sebagai tim debutan yang enggan sekadar numpang lewat di kancah IJL U-13 musim 2020/2021. Tiket fase knock-out 16 Besar dirogoh, rekor-rekor apik bermunculan.
Seperti diketahui, rekor kemenangan besar sepanjang sejarah IJL U-13 bergulir ditorehkan Taruma saat menggulung Indonesia Muda Utara lewat skor 11-0. Dari tujuh laga yang sudah dilakoni di Grup D Sensation, mereka juga sama sekali belum menelan kekalahan.
Penyerang andalan Taruma, Pascal Triandra tak sungkan meramaikan perebutan gelar top-skorer. Sejauh ini, striker berdarah dingin tersebut sudah sembilan kali menjebol jala gawang lawan.
Ketua SMPIT Taruma FA, Erick mengaku salut dengan performa impresif Pascal dan kawan-kawan. Ia mengatakan, sepak terjang skuat besutan Nurman Roby itu sudah sesuai trek.
"Kami senang dan bangga, proses pembinaan anak-anak membuahkan hasil. Ada karakter menjadi tim kompetitif dimana mampu bermain dengan attacking dan ball possesion yang bagus," ujar Erick.
"Tidak terkejut juga sebenarnya karena anak-anak kelas 8 dan kelas 7 selama kurang lebih satu sampai dua tahun terakhir telah mampu menjuarai beberapa event dan turnamen. Ini adalah buah dari proses tekun yang holistik dari pembinaan sepak bola di sekolah kami," ujar Erick sambil tersenyum lebar.
Berangkat dari proses itu pula yang membuat Taruma tak ragu terjun dalam derasnya arus kompetisi IJL U-13. Ibarat sebuah keris, bukan ditempa sekali-kali namun kudu berkali-kali agar semakin jadi.
"Sebagaimana filosofi pembinaan usia muda, mereka harus terbiasa mengikuti pertandingan yang kompetitif dan IJL adalah liga yang memiliki kualitas tersebut," tegas Erick.
"Dari internal sendiri, kami memiliki target siswa mengikuti pertandingan sekitar 40 game pertahun, baik berupa liga, turnamen, ataupun persahabatan," seru Erick lagi.
Erick juga menambahkan sudah mulai menyusun program jangka panjang untuk pasukan Taruma. Integrasinya pun tidak lepas dari keterikatan dunia pendidikan dan sepak bola.
Ya, Erick meyakini pendidikan formal dan sepak bola bisa berjalan "harmonis". Sudah bukan zamannya lagi, bangku kelas ditinggalkan hanya karena alasan lebih memilih karir di atas rumput hijau.
Faktanya, pesepak bola bergelar sarjana dari berbagai bidang disiplin ilmu bisa dibilang masih bisa dihitung dengan jari. Di Indonesia dengan label Timnas sebut saja Yanto Basna, Septian David Maulana, Maldini Pali, atau Yabes Roni. Di level internasional ada Juan Mata, Robert Lewandowski, Giorgio Chiellini, Glen Johnson, Andrey Arshavin, Simon Mignolet dan paling termasyur sudah tentu, Dokter Socrates.
Bukan tidak mungkin suatu saat nanti, Taruma bisa menjadi kawah candradimuka pembinaan sepak bola usia muda dengan konsep pendidikan terintegrasi. Dan tentunya, membawa harum nama Babelan, Kabupaten Bekasi, tempat dimana saat ini mereka berdiri menancapkan eksistensinya dalam jagat dunia kulit bundar Tanah Air.
"SMPIT Taruma adalah sekolah berbasis asrama dengan paduan kurikulum pendidikan formal ditambah program menghafal Al-Quran diramu kurikulum akademi sepak bola. Ketiga aspek ini ada dalam suatu lingkup pendidikan yang terintegrasi ditunjang dengan instalasi gizi, dimana menu makanan disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi sebagai atlet sepak bola," ungkap Erick.
"Pastinya ada program jangka panjang, dimana kami punya tujuan memiliki klub liga 3 DKI Jakarta. Sekarang sedang dalam proses pergantian nama menjadi Taruma FC. Kami berharap hasil pembinaan sepak bola dari U-12 sampai U-18 yang dipadukan dan sejalan dengan pendidikan mulai dari SMPIT Taruma, SMAIT Taruma, juga nantinya Pendidikan Tinggi Taruma mampu menghasilkan pemain bola yang bagus dan juga well educated," pungkas Erick.
