IJL.Com- Di kancah Indonesia Junior League U-11 musim ini, SSB GRT ternyata punya target yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Mendatangkan pelatih dengan aroma sepak bola Papua jadi amunisi teranyar.
Melakoni tiga laga dalam satu hari jelas bukan hal yang mudah untuk dijalani di tengah derasnya arus persaingan kompetisi Indonesia Junior League U-11. Namun pekan keenam lalu, SSB GRT terbilang cukup sukses melaluinya.
Total ada raihan satu menang, satu imbang dan satu kalah dibawa pulang anak-anak 'Bajoel Cisadane'. Meski di laga penutup harus mengakui keunggulan M'Private Soccer School, terlihat jelas Asril Marzuki dan kawan-kawan tidak kehabisan determinasi.
Pendiri sekaligus bos besar SSB GRT, Hery Suyanto yang mendampingi langsung dari pinggir lapangan ikut larut dalam atmosfer pertandingan. Ia menegaskan terlalu sayang melewati hingar-bingar gelaran kompetisi IJL hanya dari balik layar.
"Musim ini GRT U-11 saya bisa sebut tergabung di dalam grup neraka. Jelas, setiap pertandingan harus bisa dimaksimalkan sekecil apapun," tegas Hery.
"Saya sebagai pendiri memang lebih senang langsung mendampingi tim yang bermain di IJL. Kenapa? Saya suka atmosfernya," tambah fans berat Persebaya Surabaya itu sambil tersenyum lebar.
Musim lalu, GRT U-11 hanya sanggup masuk ke babak plate. Hery sendiri tak memungkiri target tahun ini kudu lebih tinggi.
Bukan cuma sesumbar, menurut Hery GRT punya materi pemain yang memenuhi syarat untuk lolos ke fase Champions 16 Besar. Bukti konkret, di tabel klasemen sementara Grup B Sensation, 'Bajoel Cisadane' sanggup bertengger kokoh di peringkat kelima.
"Betul sekali, musim ini target kami masuk ke fase bergengsi yaitu zona Champions," tegas Hery lagi.
"Berkaca dari materi pemain, 100 persen saya yakin bisa ke fase bergengsi tersebut. Apalagi kami sudah khusus datangkan pelatih asal Merauke, Papua yang berpengalaman di dalam maupun luar negeri karena pernah memegang sepak bola sosial dan beliau adalah salah satu perwakilan dari Indonesia," tambah Hery lagi.
Amunisi anyar yang dimaksud Hery tak lain adalah Frans Paraihabo. Juru taktik berambut gimbal tersebut diyakini bisa memberi sentuhan berbeda dalam gaya permainan GRT.
"Ibaratnya kedatangan coach Frans seperti amunisi baru untuk menggenapkan misi GRT U-11," jelas Hery.
"Bukan hanya taktik dan teknik, sentuhan fisik juga sudah mulai diterapkan coach Frans. Satu lagi, kedatangan beliau membuat anak-anak jauh lebih disiplin," tandas Hery.
