IJL.Com- Kembali turun gunung mendampingi Fitrah Rahmadani dan kawan-kawan dari pinggir lapangan, Erphan Samsuar berasa muda lagi. Kudu teriak sampai suara serak demi memancing 'inner beauty'.
Tiga partai dalam satu hari baru saja selesai dijalani anak-anak Ragunan Soccer School dalam lanjutan laga pekan keenam kancah Indonesia Junior League U-11, Minggu (7/3). Satu imbang dan dua kalah harus puas dibawa pulang Fitrah Rahmadani dan kawan-kawan.
Di laga perdana, Ragunan Soccer School dicukur Alba FC lewat skor mencolok 0-7. Memasuki laga kedua, mereka mampu bangkit kala menahan imbang Maesa Cijantung dengan skor kacamata.
Di partai terakhir bermodal sisa-sisa tenaga yang ada, Ragunan Soccer School tetap sanggup meladeni permainan Akademi Persib Bogor. Meski pada akhirnya harus mengakui keunggulan lawannya tersebut dengan skor tipis 0-1.
"Saat laga pertama melawan Alba, instruksi yang saya berikan tidak masuk ke anak-anak. Ya maklum saja sudah dua bulan lamanya kami tidak berlatih bersama karena akses lapangan terbatas, itu kelemahan kami sesungguhnya," ujar pendiri sekaligus Ketua Umum Ragunan Soccer School, Erphan Samsuar.
"Agak sedikit membaik saat laga melawan Maesa. Intinya sih lebih ke penempatan disiplin posisi saja, penerapan zona marking. Terbukti hasilnya positif, malah seharusnya bisa curi satu gol lewat momentum serangan balik ya," tambah Erphan.
Ya, di laga pekan keenam kemarin, Erphan yang biasanya lebih banyak di belakang layar, kini kembali turun gunung mendampingi anak-anak asuhnya. Tak heran, ia berasa jadi lebih muda lagi.
Sepanjang pertandingan, Erphan tak bisa duduk diam dengan tenang. Bak seorang orator ulung yang berbicara di atas podium, begitu caranya menjaga daya tempur armada Ragunan Soccer School.
"Timbul lagi ya aura sebagai pemain ataupun pelatih kepala. Seperti mengembalikan memori lama. Faktanya memang tidak semudah yang dibayangkan melatih sepak bola di level anak-anak," tegas Erphan yang pernah menjadi bagian dari penggawa Timnas PSSI Garuda era 80-an itu seraya menggunggah senyum.
Jelas, Erphan bukan sembarang teriak sampai suara serak. Tujuannya pun jelas, memancing inner beauty (kecantikan dari dalam) potensi-potensi tersembunyi anak-anak didiknya.
"Ya harus mau teriak-teriak sebagai pelatih, supaya anak-anak lebih paham sepak bola itu bukan sekadar lari sana-sini. Utamanya supaya mereka terpancing memancarkan inner beauty-nya," ujar Erphan.
"Di skuat ini hanya beberapa pemain yang kualitasnya sudah sesuai standar. Jadi ya modal kami hanya semangat, uber dan cari terus bola. Kalau mau kerja, Insya Allah hasilnya akan jauh lebih baik," pungkas Erphan.
