IJL.Com- Galih Susilo sudah tak sungkan lagi memancarkan pesonanya bersama ASIOP U-11. Kirim senyum manis untuk mendiang sang ayah.
ASIOP perlahan-lahan mulai bangkit meramaikan sengitnya gelaran kompetisi Indonesia Junior League U-11 musim ini. Dari laga pekan keenam yang berlangsung pada Minggu (7/3), satu menang dan satu imbang dibawa pulang skuat besutan Afrial 'Sinchan' Rahman.
Sayang memang di laga kontra Tajimalela, poin penuh yang sudah di depan mata harus sirna. 'Mutiara dari Senayan' harus puas berbagi angka dengan 'Panser Bekasi' melalui hasil sama kuat 1-1.
Gol ASIOP ke gawang Tajimalela lahir lewat aksi sang peluru lini depan, Galih Susilo. Gol perdana rasa pelipur lara.
"Senang banget, ini gol untuk ayah saya, semoga ia bisa melihat dan tersenyum di atas sana," ujar Galih dengan wajah berbinar-binar.
Galih sendiri merupakan putra dari mendiang Djoko Susilo, pelatih yang sudah wara-wiri di kancah persepak bolaan Indonesia. Tercatat tim-tim seperti Persiwa Wamena, Madura United, Persela Lamongan hingga PSCS Cilacap pernah dibesutnya.
Salah satu wasit senior di IJL yang juga merupakan juru adil kasta tertinggi sepak bola Indonesia mengaku punya banyak "kenangan manis" dengan Djoko Susilo. Menurutnya, pelatih asal Malang itu dikenal sebagai insan sepak bola bersahaja baik di dalam dan luar lapangan.
"Sering saya memimpin pertandingan tim asuhan coach Djoko Susilo. Ia termasuk pelatih yang sangat menghormati wasit, jarang marah-marah apalagi sampai menghujat. Benar-benar patut dicontoh," ujarnya.
"Senang juga lihat anak coach Djoko Susilo yang mau meneruskan karir ayahnya," tambah sang pengadil.
Karena nasehat sang ayah pula, Galih rela hijrah dari Yogyakarta ke Jakarta guna mengais mimpi. Walaupun malarindu taruhannya, tidaklah mengapa.
"Rindu juga sih suasana di Jogja, paling kangen dengan teman-teman SSB di sana," ujar Galih yang begitu ramah melayani sesi wawancara dengan IJL News.
"Pertama-tama datang ke Jakarta dan gabung sama ASIOP pas September kemarin, ya sempat sungkan. Tapi lama kelamaan bisa lebih nyaman. Ibu juga bilang tidak boleh sedih-sedih terus setelah ayah pergi," ujar Galih.
Memang, kepergian sang ayah untuk selama-lamanya sempat menimbulkan duka mendalam untuk Galih. Pelan-pelan suratan takdir itu ingin ia ubah menjadi alinea baru.
"Ayah selalu berpesan supaya jangan cepat puas dan jangan mudah putus asa, itu kuncinya di sepak bola," ujar Galih.
"Saya ingat waktu dibawa ayah menonton pertandingan PSCS Cilacap melawan Sriwijaya FC di Stadion Wijayakusuma itu pas Liga 2 2019. PSCS menyerang terus tapi tidak gol-gol sampai akhirnya bisa juga menyamakan kedudukan menjadi 1-1," tandas Galih seraya melempar senyum.